Krisis Ulama' : Penyebab dan Dampaknya (2)
11.50
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya :
Pertama; Krisis Iman dan Aqidah.
Bentuk dari adanya krisis iman dan aqidah, yang saat ini sedang melanda umat Islam khususnya di Indonesia adalah dengan munculnya berbagai aliran sesat serta paham-paham yang menyeleweng dari aqidah Islam. Kata orang, Indonesia adalah negara yang sangat subur, semua tanaman yang ditanam di Indonesia pasti akan tumbuh subur, sangking suburnya tanah Indonesia banyak negara-negara yang hendak ingin menguasai bangsa Indonesia. Sehingga tidak salah kalau ada ungkapan “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu, dan batu jadi tanaman”. Sehingga kalau memang demikian, hal ini bisa dijadikan sebuah kesyukuran karena kita ditakdirkan oleh Allah SWT untuk hidup di Indonesia.
Tapi sayangnya, yang tumbuh subur di Indonesia saat ini bukanlah tanaman maupun tubuhan, melainkan aliran atau paham-paham yang menyimpang. aliran ataupun paham sesat ini semakin tumbuh subur seiring dengan krisis ulama’ yang semakin menjadi-jadi.
Pada tahun 2001 umat Islam diributkan dengan lahirnya sebuah paham ataupun aliran yang menamakan dirinya “Jaringan Islam Liberal (JIL)”. Sebuah aliran yang mencoba untuk memberikan tafsiran dan interpretasi baru bagi Al Quran maupun Hadist yang sangat bertentangan dengan aqidah umat Islam.Mencoba untuk mengkontekstualisasikan semua nash yang ada baik dari Al Quran maupun Hadist yang sudah bersifat Tsawaabit. Pada tahun 2003 umat Islam digegerkan dengan sebuah aliran yang menamakan dirinya “Agama Salamullah” yang didirikan oleh seorang wanita bernama Lia Aminuddin yang mengaku bahwa dirinya adalah Imam Mahdi yang kemudian ia juga mengaku bahwa ia telah mendapat wahyu dan pada akhirnya dia juga mengklaim bahwa ia adalah sosok jelmaan Jibril.
Pada awal tahun 2006, umat Islam juga dikagetkan dengan pengakuan seorang yang bernama Mushaddeq yang mengaku sebagai Rasul. Belum lagi konflik yang terjadi di Cikesik Jawa Barat antara pengikut Ahmadiyah dengan umat Islam. Dan yang lebih berbahaya lagi adalah gerakan “SYIAH-ISASI” yang akhir-akhir ini sedang menjadi tantangan sendiri bagi umat Islam, dan puncaknya adalah kasus Syiah di Sampang Madura beberapa waktu lalu.Dan masih sangat banyak sekali aliran-aliran serta paham-paham menyimpang yang bermunculan di Negri ini.
Kedua; Dekadensi Moral
Bentuk lain dari akhibat krisis ulama’ ini adalah dekadensi moral. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi yang sangat logis jika krisis ulama’ di Indonesia ini dibiarkan terus menerus. Ditambah lagi dengan peranan media masa yang semakin tak terkendali, yang memberikan begitu banyak pengaruh negatif kepada anak-anak bangsa. Media masa begitu berpengaruh terhadap pembentukan karakter generasi muda bangsa Indonesia. Hiburan-hiburan yang mengumbar aurat wanita, konser-konser musik, sinetron, infotainment, dan masih banyak lagi program-program media masa lainnya yang memberikan pengaruh negatif yang sangat luar biasa terhadap moral generasi bangsa kita.
Bukti yang sangat otentik yang dapat kita temukan, beberapa penelitian mengungkap remaja perempuan dan laki-laki berusia 15-19 tahun yang melakukan seks pranikah makin tinggi. Bahkan, Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu menemukan, satu persen remaja wanita dan 6 persen remaja pria mengaku pernah melakukan seks di luar nikah. Tak heran, jumlah kehamilan dan kelahiran di kalangan remaja juga tinggi. Sebuah studi lainnya pada 2010 di daerah kota besar seperti Jakarta menunjukkan 20,6 persen remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah.
Belum lagi persoalan narkoba dan obat-obatan terlarang yang banyak dikonsumsi oleh remaja khususnya di Indonesia. Tawuran antar pelajar bahkan sampai menelan korban jiwa. Dan masih banyak lagi persoalan dekadensi moral lainnya yang merupakan dampak dari krisis ulama’ yang melanda bangsa Indonesia saat ini. Maka, semakin banyak ulama’ yang lahir di bumi Indonesia ini, akan mampu meminimalisir kerusakan serta dekadensi moral yang terjadi saat ini, namun sebaliknya, semakin enggan para tholibul ‘ilm untuk menjadi ulama’ maka akan semakin sulit untuk memebendung pesoalan krisis moral ini.
Ketiga; Krisis sosial, ekonomi dan politik.
Krisis sosial dan budaya masyarakat terbukti dengan berkembangnya budaya hedonisme secara luas. Prilaku masyarakat semakin individualis, permisif, dan miskin moralitas. Kekaguman kepada budaya barat semakin merajarela dalam bentuk cara berpakaian, bergaul, berfikir dan bersosialisasi.
Pada aspek ekonomi, kemiskinan semakin merajarela, pengangguran dimana-mana, disaat rakyat Indonesia megalami kemiskinan dan kelaparan yang berkepanjangan, ironisnnya para waki rakyat dan pejabat negara sedang asyik menjual aset-aset negara kepada pihak asing.
Tidak mau kalah, dalam sektor politik, muncullah model kehidupan parlemen liberal dalam cara berfikir, bersikap, dan bermoralitas. Dalam sisitem demikian akan berimplikasi kepada terjadinya “money politic”, kecurangan politisi, kebohongan dalam pencitraan, dan lain lain.
Begitulah dampak yang terjadi jika krisis ulama’ di Indonesia ini dibiarkan secara terus menerus tanpa dicarikan solusinya. Namun Alhamdulillah, masih ada sebagian dari Umat Islam ini yang sadar akan persoalan krisis ulama’ ini, sehingga mereka bangkit dan melakukakan langkah-langkah nyata dan kongkrit dalam rangka menjawab tantangan akan krisis ulama’ ini. Banyak didirikannya lembaga-lembaga pendidikan, pesantren-pesantren persiapan para da’i, gerakan-gerakan ulama dan intelektual muda serta program-program kaderisasi ulama’ adalah sebuah upaya dan langkah kongkrit dalam rangka mengentaskan bangsa Indonesia ini dari krisis ulama’.
Semoga dengan tulisan singkat ini akan mampu membuka mata para thullab ‘ilm akan potensinya yang besar untuk menjadi seorang ulama', kesempatannya yang luas, juga harapan umat yang tinggi akan kesuksesan mereka di bidang ilmu pengetahuan agama. Dengan membangun kesadaran ini, diharapkan nantinya para thullab ‘ilm akan menjadi cedekiawan muslim di bidang keilmuannya masing-masing. Melangkah mempersiapkan dan membangun dirinya sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu agama yang dipilih dan digelutinya. Memberikan pemahaman yang benar akan Islam, menjadi “Sang Pencerah” yang akan memberikan pencerahan bagi umat Islam khususnya di Indonesia, sehingga terwujudlah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Wallahu a’lam
*(Mahasiswa Fakultas Syariah LIPIA Jakarta & Pascasarjana Fakultas Dirasat Islamiyah konsentrasi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
0 komentar