Kereta Dakwahku

11.25


Masih teringat kejadian sekitar satu bulan silam, seperti biasanya aku bersama teman-teman melalui perjalanan pulang dengan kereta rakyat. Memang denyut ekonomi terasa begitu kencang di sini, ratusan orang yang hilir mudik ke sana kemari demi sesuap nasi. Mulai dari penjual minuman keliling, tukang pecel, mainan anak-anak, alat pijat refleksi, pulsa elektrik sampai yang sekedar memberikan jasa penyemprot...an minyak wangi.
  

Hampir bisa dipastikan kalau mereka bekerja setiap hari. Karena setiap kali menaiki kereta ini hampir selalu menemui wajah-wajah mereka yang bekerja tak kenal lelah.

Namun yang sedikit berbeda di hari itu adalah kami ingin mencoba sedikit merasakan apa yang mereka rasakan. Bersama para rombongan kami mencoba menapaki gerbong demi gerbong seperti yang mereka lakukan. Jika dilihat dari kerjanya mungkin ini cuma pekerjaan sepele. hanya menyebarkan lembaran-lembaran berisi ajakan tertentu kepada para penumpang. Namun, ternyata pekerjaan ini membutuhkan persiapan mental juga.

Karena karakter orang-orang tentunya berbeda-beda. Ada yang menerima dengan senang hati, ada yang kebingungan, tidak mau menerima bahkan sudah menolak sebelum dikasih. (mungkin dikira promosi obat kali...hehehe.


Namun sungguh perasaan ini sangat bahagia ketika aku kembali ke tempat dudukku ada orang-orang yang membacanya dengan serius. Begitu pula ketika ada teman yang bercerita, "Beneran aku seneng banget setelah nyebarin selebaran tadi kemudian banyak orang yang baca. bahkan ada orang yang setelah baca itu lalu beranjak ke Kamar mandi untuk wudlu dan kemudian shalat. sungguh terharu sekali." begitulah ungkap salah seorang teman yang juga ikut serta dalam kegiatan ini. Beliau adalah sang komandan kafilah ini yang mau ikut serta terjun langsung melakukan agenda ini.

Sebenarnya apa yang kami lakukan hanyalah pekerjaan sederhana. Lembaran-lembaran yang bertuliskan "Tegakkan Shalat walau dalam kereta" itu berusaha kami sebarkan ke setiap kursi di gerbong-gerbong kereta yang membawa kami pulang. Namun terus terang waktu itu seakan-akan kami benar-benar merasakan kebenaran sabda Rasulullah ketika akan mengutus 'Ali bin Abi Thalib dalam sebuah misi jihad :

لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم

"Sungguh, ketika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui perantaramu, (pahalanya) lebih berharga daripada unta merah."

Bulan rajab, dalam bulan ini 14 abad yang lalu Allah menunjukkan salah satu mu'jizat-Nya berupa perjalanan Isra' Mi'raj Rasulullah. Terlepas dari pro-kontra seputar peringatan peristiwa ini namun apakah kita sudah benar-benar menghayati hakikat dari peristiwa tersebut ? banyak dari kita yang merayakan dan memperingati peristiwa ini dengan berbagai macam ritual yang megah dan mewah. Namun sudahkah kita menginstrokpeksi diri terhadap esensi dari peristiwa ini? yaitu syari'at shalat 5 waktu merupakan 'oleh-oleh' yang dibawa oleh Rasulullah dari langit usai melakukan perjalan ini. Jika dilihat dari aspek fiqih maka ibadah ini adalah ibadah yang tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apapun. Dan jika dilihat dari aspek aqidah maka ibadah ini merupakan ibadah yang membedakan antara orang muslim dan non-muslim.

Namun sayangnya, meskipun sudah jelas perintah dan dalil-dalil untuk melaksanakannya, masih banyak ummat islam yang melalaikannya bahkan meninggalkannya sama sekali. salah satunya adalah ketika berada dalam perjalanan ......

(to be continued....)


(*) Oleh : Tajun Nashr Ms.
(Kadep HUMAS dan LSO FoSKI, Mahasiswa Semester 4 Fakultas Syari'ah LIPIA Jakarta)

You Might Also Like

0 komentar

Ingat Waktu

Flickr Images

Flag Counter