Hidup Tak Lekang dari Ujian
00.16
Hinaan dan cercaan itu tiada hentinya keluar dari mulut kotor para penggunjing, makian, cacian bahkan penganiayaan fisik kerap beliau hadapi di awal-awal dakwah agama yang hanif ini. Beliau sempat dicela sebagai tukang sihir, dukun, bahkan dijuluki sebagai orang gila. Namun tak selangkah pun beliau mundur dalam memperjuangkan risalah ini sampai datanglah pertolongan dari Allah SWT pasca kepindahan beliau ke lahan dakwah baru yang pada akhirnya berujung pada kemenangan hakiki berupa penaklukan dan pembersihan kembali kota suci Allah dari aroma-aroma dan bekas-bekas kesyirikan.
Itulah buah dari keteguhan beliau selama ini dalam menghadapi ujian-ujian dari Rabb-Nya, semua itu beliau hadapi dengan tegar tanpa mengeluh sedikitpun.
Rasanya sudah cukup bagi kita contoh dan tauladan bagaimana keteguhan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai macam coba’an dan ujian. Sebab jika kita renungkan secara mendalam, maka tidaklah kehidupan dunia ini kecuali tahapan=tahapan test dan ujian yang kadarnya tentu bertahap tergantung dari tingkat keimanan seseorang. Semua pemberian Allah baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya adalah ujian kehidupan. Dari sana akan nampak dengan jelas, siapa yang benar-benar beriman dan orang-orang yang hanya membenar-benarkan kemunafikannya.
Untuk itu dalam menghadapi segala aral melintang dalam perjalanan kehidupan ini diperlukan suatu alat peredam goncangan (shock-breaker) untuk mengurangi goncangan-goncangan yang ada, dan shock-breaker itu bernama kesabaran. Ya...hanya dengan kesabaranlah pedihnya luka serasa gigitan semut belaka, pedasnya cacian seakan-akan angin yang lewat begitu saja, pahitnya hidangan ujian kehidupan serasa manis dan menyejukkan. Shock breaker ini pula yang bisa mengurangi goncangan-goncangan dan letupan-letupan emosi amarah yang berlebihan. Melalui ucapan ”أستغفر الله العظيم” seakan-akan ada angin segar yang berusaha mematikan kobaran amarah.
Namun apakah cukup dengan bekal kesabaran ini saja kita hadapi ujian dan cobaan di depan mata kita? Tentu saja tidak. Dalam menghadapi suatu masalah tentunya kita juga harus memikirkan trik-trik dan cara-cara untuk keluar darinya, disinilah kita dituntut untuk mengoptimalkan kemampuan akal kita dengan sebaik-baiknya. Seorang muslim tidak akan terjatuh ke dalam lubang yang sama sebanyak 2 kali bukan?!
Seusai menghadapi ujian maupun cobaan ia akan berusaha untuk mengambil ibroh dan hikmah serta pelajaran di balik itu semua. Selain itu tentunya ketika ia berada dalam masalah tersebut ia akan memikirkan cara atau jalan keluar dari masalah tersebut, dia akan memikirkan taktik dan strategi yang tepat dan sesuai dalam menghadapi masalah tersebut.
Sebuah keberhasilan akan terasa lebih manis jika diraih dengan susah payah dan perjuangan. Seorang yang sukses bukanlah orang yang tanpa masalah, kesuksesan seseorang justru akan terlihat dari cara ia menghadapi masalah yang sedang ia hadapi, semakin sering ia menghadapi masalah seharusnya menjadikan dirinya menjadi lebih berpengalaman dan lebih ahli dalam menghadapinya.
Maka bisa kita katakan bahwa ujian-ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya bisa berfungsi sebagai ajang untuk mengasah kecerdasan berfikirnya dalam memecahkan masalah juga untuk membentuk karakter dan kepribadian kita agar menjadi orang-orang yang tangguh dan berkarakter.
Kemudian setelah berusaha sekuat tenaga dan memikirkan strategi yang tepat maka tibalah saatnya bagi kita untuk menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Tawakkal dan berserah diri adalah senjata utama seorang mukmin. Kita harus menyadari sepenuh hati bahwa segala macam ujian ini adalah berasal dari-Nya, maka yang bisa membantu kita untuk keluar dari ujian ini adalah Dia semata, Yang Maha Mendengar do’a-do’a hamba-Nya.
Selain itu kita harus berfikir masalah yang kita hadapi ini masuk ketegori mana. Apakah ini ujian ataukah adzab ? kerena bisa jadi masalah yang kita hadapi ini bukan bentuk ujian yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya, tetapi merupakan hukuman atau adzab yang diberikan oleh Allah karena kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang kita lakukan. Maka cara terakhir dalam menghadapi ujian adalah dengan memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah.
Akhirnya bisa kita simpulkan kembali bahwa datangnya ujian dan coba’an adalah berfungsi untuk menyeleksi orang-orang yang terbaik diantara hamba-hambaNya, karena ujian-ujian tersebut mengasah kecerdasa emosional (kesabaran), intelektual (solving problem) dan spiritual (do’a dan istighfar). Ketika kecerdasan itu benar-benar terasah maka secara otomatis akan membentuk suatu pribadi tangguh yang siap bertempur di medan kehidupan yang penuh aral melintang.
Maka Maha benar Allah dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimnu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali Imron : 200)
(*) Oleh : Abdullah Muhtaj
Tulisan ini diterbitkan pada rubrik Tatsqif di Buletin An-Nadwah Edisi 02/Th.IV/Mei/2010
0 komentar