Hidup Tak Lekang dari Ujian


Hinaan dan cercaan itu tiada hentinya keluar dari mulut kotor para penggunjing, makian, cacian bahkan penganiayaan fisik kerap beliau hadapi di awal-awal dakwah agama yang hanif ini. Beliau sempat dicela sebagai tukang sihir, dukun, bahkan dijuluki sebagai orang gila. Namun tak selangkah pun beliau mundur dalam memperjuangkan risalah ini sampai datanglah pertolongan dari Allah SWT pasca kepindahan beliau ke lahan dakwah baru yang pada akhirnya berujung pada kemenangan hakiki berupa penaklukan dan pembersihan kembali kota suci Allah dari aroma-aroma dan bekas-bekas kesyirikan.

Itulah buah dari keteguhan beliau selama ini dalam menghadapi ujian-ujian dari Rabb-Nya, semua itu beliau hadapi dengan tegar tanpa mengeluh sedikitpun.

Rasanya sudah cukup bagi kita contoh dan tauladan bagaimana keteguhan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai macam coba’an dan ujian. Sebab jika kita renungkan secara mendalam, maka tidaklah kehidupan dunia ini kecuali tahapan=tahapan test dan ujian yang kadarnya tentu bertahap tergantung dari tingkat keimanan seseorang. Semua pemberian Allah baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya adalah ujian kehidupan. Dari sana akan nampak dengan jelas, siapa yang benar-benar beriman dan orang-orang yang hanya membenar-benarkan kemunafikannya.

Untuk itu dalam menghadapi segala aral melintang dalam perjalanan kehidupan ini diperlukan suatu alat peredam goncangan (shock-breaker) untuk mengurangi goncangan-goncangan yang ada, dan shock-breaker itu bernama kesabaran. Ya...hanya dengan kesabaranlah pedihnya luka serasa gigitan semut belaka, pedasnya cacian seakan-akan angin yang lewat begitu saja, pahitnya hidangan ujian kehidupan serasa manis dan menyejukkan. Shock breaker ini pula yang bisa mengurangi goncangan-goncangan dan letupan-letupan emosi amarah yang  berlebihan. Melalui ucapan ”أستغفر الله العظيم” seakan-akan ada angin segar yang berusaha mematikan kobaran amarah.

Krisis Ulama' : Penyebab dan Dampaknya (2)


Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya :

Sekarang mari coba kita renungkan, bahwa krisis Ulama’ yang sedang melanda umat Islam di Indonesia saat ini ternyata akan berimplikasi dan berdampak terhadap munculnya begitu banyak persoalan serta problematika kehidupan. Mulai dari krisis Iman dan Aqidah, dekadensi moral, tindak pidana kriminal, krisis sosial, ekonomi dan politik. Sehinggga para cendekiawan menyebut hal ini sebagai “Krisis Multi Dimensi”.

Pertama; Krisis Iman dan Aqidah.
Bentuk dari adanya krisis iman dan aqidah, yang saat ini sedang melanda umat Islam khususnya di Indonesia adalah dengan munculnya berbagai aliran sesat serta paham-paham yang menyeleweng dari aqidah Islam. Kata orang, Indonesia adalah negara yang sangat subur, semua tanaman yang ditanam di Indonesia pasti akan tumbuh subur, sangking suburnya tanah Indonesia banyak negara-negara yang hendak ingin menguasai bangsa Indonesia. Sehingga tidak salah kalau ada ungkapan “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu, dan batu jadi tanaman”. Sehingga kalau memang demikian, hal ini bisa dijadikan sebuah kesyukuran karena kita ditakdirkan oleh Allah SWT untuk hidup di Indonesia. 

Tapi sayangnya, yang tumbuh subur di Indonesia saat ini bukanlah tanaman maupun tubuhan, melainkan aliran atau paham-paham yang menyimpang. aliran ataupun paham sesat ini semakin tumbuh subur seiring dengan krisis ulama’ yang semakin menjadi-jadi.

Krisis Ulama : Penyebab dan Dampaknya (1)


Krisis ulama’ yang sedang melanda bangsa Indonesia saat ini mempunyai dampak yang sangat luar biasa jika
dibandingkan dengan krisis ekonomi yang pernah melanda ataupun sedang melanda bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, persoalan akan krisis ulama’ ini sangat layak dan perlu untuk dikaji dan kemudian dicarikan solusi. Faktor-faktor apa saja yang sebenarnya menyebabkan krisis ulama’ ini terjadi. Dan diantara faktor-faktor itu adalah :

Pertama; Cara pandang yang salah akan definisi “wajib kifayah”
Wajib kifayah sering didefinisikan sebagai suatu kewajiban yang apabila ada salah satu dari umat Islam yang mengerjakannya maka gugurlah kewajiban bagi umat Islam yang lain. Sekilas definisi ini tidak salah, namun sering sekali definisi ini banyak disalah artikan. Artinya, jika umat Islam di Indonesia yang berjumlah kurang lebih dua ratus juta, hanya ada satu ulama’ maka gugurlah kewajiban bagi umat Islam yang lain untuk menjadi ulama’. Begitu juga jika hanya ada satu dari sekian ratus juta umat Islam di Indonesia yang mengerti ilmu faraidh, maka yang lain telah gugur kewajibannya untuk mempelajarinya.

Jika dalam ilmu kesehatan, satu kelurahan saja membutuhkan satu puskesmas untuk melayani kurang lebih 200 masyarakat. Jika penduduk di Indonesia berjumlah kurang lebih 200 juta jiwa, maka setidaknya dibutuhkan satu juta puskesmas untuk melayani masyarakat, belum terhitung jumlah dokter dan perawatnya. Jika hal ini kita analogikan dengan kebutuhan umat Islam khususnya di Indonesia akan kehadiran para ulama’ maka setidaknya harus ada satu juta ulama’ di Indonesia yang mempunyai kafaah syar’iyyah yang mumpuni, bahkan harus lebih dari itu.

Kereta Dakwahku


Masih teringat kejadian sekitar satu bulan silam, seperti biasanya aku bersama teman-teman melalui perjalanan pulang dengan kereta rakyat. Memang denyut ekonomi terasa begitu kencang di sini, ratusan orang yang hilir mudik ke sana kemari demi sesuap nasi. Mulai dari penjual minuman keliling, tukang pecel, mainan anak-anak, alat pijat refleksi, pulsa elektrik sampai yang sekedar memberikan jasa penyemprot...an minyak wangi.
  

Hampir bisa dipastikan kalau mereka bekerja setiap hari. Karena setiap kali menaiki kereta ini hampir selalu menemui wajah-wajah mereka yang bekerja tak kenal lelah.

Namun yang sedikit berbeda di hari itu adalah kami ingin mencoba sedikit merasakan apa yang mereka rasakan. Bersama para rombongan kami mencoba menapaki gerbong demi gerbong seperti yang mereka lakukan. Jika dilihat dari kerjanya mungkin ini cuma pekerjaan sepele. hanya menyebarkan lembaran-lembaran berisi ajakan tertentu kepada para penumpang. Namun, ternyata pekerjaan ini membutuhkan persiapan mental juga.

Karena karakter orang-orang tentunya berbeda-beda. Ada yang menerima dengan senang hati, ada yang kebingungan, tidak mau menerima bahkan sudah menolak sebelum dikasih. (mungkin dikira promosi obat kali...hehehe.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA FoSKI








﴿ وماكان المؤمنون لينفروا كافة فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون ﴾ التوبة : 122
Artinya  : "Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadnya, supaya mereka dapat menjaga diri". (QS. At-Taubah: 122).

Bahwa sesungguhnya menyeru manusia kepada Islam adalah merupakan perbuatan yang paling mulia disisi Alloh Ta’ala. Hal tersebut merupakan tugas mulia seluruh Nabi dan Rosul Alloh Ta’ala. Oleh sebab itu setiap muslim berkewajiban mengikuti mereka dalam berdakwah.

Mahasiswa muslim sebagai aset dakwah harus ikut andil dalam menegakkan dan merealisasikan kehendak Alloh Ta'ala dalam kehidupan bensama ditengah-tengah masyarakat.  Mereka adalah manusia muslim yang harus memiliki kreasi  dan upaya untuk membimbing dan menegakkan umat agar mampu melaksanakan fungsi dan peran masing-masing sebagai khalifah Alloh Ta'ala di muka bumi.

Maka pada tanggal 04 November 1994 M. didirikanlah "Forum Silaturrohim dan Kajian Islam Mahasiswa Jawa Timur di LIPIA Jakarta" (FoSKI). Forum ini merupakan media silaturrohim dan wadah perjuangan untuk menghimpun, menggerakkan dan membina potensi mahasiswa muslim guna mengingatkan peran dan tanggung jawabnya sebagai kader dakwah yang memiliki pemahaman Islam yang shohih dan kerangka berfikir yang benar serta ilmu dan amal.
* disalin dari muqoddimah Anggaran Dasar FoSKI.

Ingat Waktu

Flickr Images

Flag Counter