Hinaan dan cercaan itu tiada hentinya keluar dari mulut kotor para penggunjing, makian, cacian bahkan penganiayaan fisik kerap beliau hadapi di awal-awal dakwah agama yang hanif ini. Beliau sempat dicela sebagai tukang sihir, dukun, bahkan dijuluki sebagai orang gila. Namun tak selangkah pun beliau mundur dalam memperjuangkan risalah ini sampai datanglah pertolongan dari Allah SWT pasca kepindahan beliau ke lahan dakwah baru yang pada akhirnya berujung pada kemenangan hakiki berupa penaklukan dan pembersihan kembali kota suci Allah dari aroma-aroma dan bekas-bekas kesyirikan.
Itulah buah dari keteguhan beliau selama ini dalam menghadapi ujian-ujian dari Rabb-Nya, semua itu beliau hadapi dengan tegar tanpa mengeluh sedikitpun.
Rasanya sudah cukup bagi kita contoh dan tauladan bagaimana keteguhan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai macam coba’an dan ujian. Sebab jika kita renungkan secara mendalam, maka tidaklah kehidupan dunia ini kecuali tahapan=tahapan test dan ujian yang kadarnya tentu bertahap tergantung dari tingkat keimanan seseorang. Semua pemberian Allah baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya adalah ujian kehidupan. Dari sana akan nampak dengan jelas, siapa yang benar-benar beriman dan orang-orang yang hanya membenar-benarkan kemunafikannya.
Untuk itu dalam menghadapi segala aral melintang dalam perjalanan kehidupan ini diperlukan suatu alat peredam goncangan (shock-breaker) untuk mengurangi goncangan-goncangan yang ada, dan shock-breaker itu bernama kesabaran. Ya...hanya dengan kesabaranlah pedihnya luka serasa gigitan semut belaka, pedasnya cacian seakan-akan angin yang lewat begitu saja, pahitnya hidangan ujian kehidupan serasa manis dan menyejukkan. Shock breaker ini pula yang bisa mengurangi goncangan-goncangan dan letupan-letupan emosi amarah yang berlebihan. Melalui ucapan ”أستغفر الله العظيم” seakan-akan ada angin segar yang berusaha mematikan kobaran amarah.
- 00.16
- 0 Comments