Al-Munthalaq; Landasan Gerak Para Aktivis Dakwah
23.57
Muhammad Ahmad Ar-Rasyid
MUQADDIMAH
MARI KITA DUDUK SEBENTAR …KITA BERIMAN SEJENAK…
Para da’i setiap orang mukmin senantiasa menghadapi dua tarikan: Tarikan keimanan, niat, kesungguhan dan kesadarannya terhadap tanggungjawab. Dengan itu dia berada dalam amal saleh dan azam kebaikan. Yang kedua adalah tarikan syaitan dari sudut yang lain, menghiasi futurnya dan menghiasi cintanya kepada dunia. Hal ini menyebabkan dia berada dalam kelalaian, malas, panjang angan-angan dan berlengah-lengah dalam mempelajari apa yang tidak diketahuinya.
Di antara kedua-dua tarikan ini adalah suatu yang sudah ditentukan oleh Allah, tidak akan berhenti, dan terus berlaku sepanjang hayat masih dikandung badan setiap insan. Oleh karena itulah, orang-orang yang beriman hendaknya mewajibkan kepada diri mereka untuk menghadiri majelis-majelis tafakkur dan saling nasihat-menasihati di antara satu sama lain. Memeriksa diri jika dihinggapi penyakit takabbur atau menolak kebenaran. Memeriksa hati jika dihinggapi diselubungi penyelewengan. Memeriksa ilmu dan iman jika dihinggapi ketergelinciran yang membawa kepada bid’ah atau kecuaian yang membawa kepada meninggalkan perintah Allah dan petunjuk.
Mu’az bin Jabal telah menterjemahkan perasaan ini dengan satu perkataan yang telah menjadi bagian tanda-tandan orang-orang yang beriman. Beliau telah berkata ketika mengingatkan sahabatnya:
Perkataan ini telah diambil oleh Ibnu Rawaahah, lalu ia berkata kepada Abu ad-Darda ra sambil memegang tangannya:
Lalu kita mengambil perkataan ini dari mereka berdua. Nasihat-nasihat ini adalah tentang fiqh ad-da’wah. Kita menyeru para da’i untuk duduk sejenak dengan setiap nasihat untuk ia beriman dan mengkaji diri, ilmu dan kesungguhannya.
___________________________________
Sisa…. Dan Harapan
Bagian dari buku ini ditulis untuk para du’at; mereka yang menunaikan shalat dan merasa bangga dengan agama mereka; yang berakhlak dengan akhlak mukminin. Tidak ditujukan kepada yang lalai, lebih-lebih lagi yang menyeleweng dan menyimpang.
Ini adalah karena untuk menyelesaikan permasalahan dunia Islam saat ini, tidak perlu kepada berpindahnya bilangan yang besar dari mereka yang lalai dan menyeleweng untuk berpegang-teguh dengan Islam. Tetapi yang diperlukan ialah menyadarkan mereka yang sudah berpegang dengan Islam, membangkitkan kesungguhan mereka dan memperkenalkan kepada mereka jalan amal dan fiqh da’wah. Masih banyak dari kalangan orang-orang mukmin, jumlah mereka sudah mencukupi untuk menegakkan kebaikan yang kita cita-citakan, tetapi dengan syarat apabila mereka mengenali tajarrud (menyerahkan diri hanya untuk Islam), zuhud terhadap dunia, menjauhkan diri dari fitnah, sabar atas segala mihnah (ujian) dan memahami seni memimpin umat.
Oleh sebab itu, bagian buku ini tidak akan berbicara dengan orang yang masih mencampur-adukkan antara Islam dan lainnya. Tetapi ia hanya cukup untuk mengajak muslim, yang benar imannya, suci aqidahnya, merasa perih dan sedih dengan realita umat muslimin saat ini.
Buku ini akan mengajarkan kita jalan beramal yang berfaedah dan jalan keselamatan memandu kita kepada kewajiban untuk mementingkatkan tarbiyyah diri dalam memenuhi tuntutan perjalanan dakwah .
Buku ini juga ditujukan kepada para du’at yang sudah mengetahui jalan amal, akan tetapi, mereka masih memerlukan bantuan, peningkatan usaha dan proses melembutkan hati.
Oleh yang demikian, kami telah mengambil segala perhatian kebaikan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Yahya bin Mu’ada seorang zuhud ketika beliau berkata:
Sebaik-baik perkara ialah: Perkataan yang lembut, yang dikeluarkan dari lautan yang dalam, daripada lidah seorang yang lemah-lembut. (1 Taarikhul Baghdaad: 14/209)
Kamu akan mengetahui betapa kelembutan yang dimiliki oleh hati-hati orang-orang tersebut yang telah menghadiahkan kepada kamu buah hasil pengalaman dan natijah pengamatan mereka. Oleh sebab itu, nama mereka tetap dikenang dan mendapat perhatian umat setelahnya karena ia mempunyai hubungan dengan al-haq (kebenaran).
Suatu perkataan tidak akan kekal di sisi generasi kecuali jika ia berhubung dengan kebenaran dan kebaikan, karena ia senantiasa mendapat pertolongan daripada makhluk Allah mengikut undang-undang-Nya (sunnahNya) dan senantiasa diilhamkan kepada hamba-hamba-Nya.
Berapa banyak cahaya yang dipancarkan oleh raja yang zalim atau berhala yang masyhur mengeluarkan gema seketika, memancarkan cahaya sebentar, kemudian padam dan senyap, seperti bintang yang bertukar menjadi serbuk dan debu setelah terbakar. Ditambah lagi bahwa gemanya adalah bagian dari suara kebatilan, bukan kebenaran dan cahayanya berasal dari hiasan kebatilan bukan kebenaran.
Hanya akal yang faham, hati yang bersih dan orang yang yakin dengan kebenaran terhadap apa yang dibawanya saja yang bisa mengucapkan kebenaran yang kekal. Dia mengeluarkan kata-katanya yang menjadi contoh-contoh yang realitas dan keterangan yang kekal di dalam kehidupan. Tidak tertentu untuk satu waktu saja, bukan untuk perkara tertentu, bukan untuk orang tertentu, tidak juga pada kejadian tertentu, akan tetapi mencakup semua generasi dan masa, negara dan kawasan.
Kamu akan dapati kehebatan kata-kata berdasarkan kehebatan orang yang berkata, sebagaimana katanya, bahwa ia mau menjadikan kata-katanya itu sebagai jalan kehidupan manusia dan cahaya yang menerangi kegelapan hidup.
______________________________________
Syair Menjadikan Perkataan Menarik
Aku mendapati sebagian buku tarbiyyah harakah Islamiah memisahkan antara prosa dan puisi tanpa alasan yang kuat. Menjadikan para murabbi (pendidik) tidak dapat menggunakan beratus-ratus rangkap dan petikan puisi yang dapat melembutkan hati atau membangkitkan semangat atau puisi yang berkaitan dengan aqidah dan fikrah yang merupakan hasil karya para penyair yang tsiqah baik dari para ulama dahulu atau sekarang atau juga para penyair dakwah.
Seseorang berkemungkinan ketika mendengar suatu pemahaman, tetapi sedikitpun tidak menyentuh perasaannya, tetapi apabila digubah dalam bentuk puisi tertentu akan menggembirakan orang yang gundah gelana, menggerakkan orang yang lalai dan mendekatkan cita-cita yang dulunya terasa jauh.
Sebagian syair mempunyai hikmah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasullah (saw). (Rentak dalam percakapan seumpama melagukan suara: maksud daripadanya ialah untuk mewujudkan kegembiraan hati dan jiwa yang menyebabkan kegembiraan fikiran)
Oleh yang demikian kami lebih cenderung untuk menggunakan puisi dalam seri buku ini, bertujuan untuk menambah gambaran yang baik oleh seorang da’i terhadap pengertian-pengertian tertentu, supaya merasuk kedalam jiwanya.
Bukti yang paling jelas tentang pentingnya syair dalam menyebarkan aqidah dan mempertahankannya ialah peranan yang telah dimainkannya ketika membantu ahli-ahli bid’ah untuk menyebarkan bid’ah di kalangan masyarakat awam. Usaha-usaha ini dilakukan untuk menentang usaha-usaha Ibnu Taimiyah serta pengikut-pengikutnya ketika mereka berusaha membatalkan segala bid’ah dengan hujjah-hujjah sunnah yang mulia. Tidak dapat dinafikan bahwa hujjah logika yang dibawa oleh Ibnu Taimiyah telah memberikan kesannya, tetapi kekeringan logika tidak dapat mengatasi keabsahan dan keindahan syair (puisi) sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Islam Muhammad Iqbaal: Memang itulah yang berlaku. Pembawa-pembawa kesesatan yang telah menyebarkan bid’ah mereka dengan penerangan yang menarik dan keindahan syair (sastera), telah menarik hati manusia awam tanpa disadari dan inilah juga yang menyebabkan segala kata-kata Ibnu Taimiyah tidak mendapat tempat.
Begitu pula tidak ada dari kalangan para penyair yang memihak kepada Ibnu Taimiyah untuk membantunya. Puisi mempunyai kekuatan untuk membantu siapa saja yang menggunakannya baik untuk tujuan kebaikan atau kejahatan, untuk menolong kebenaran atau kebatilan. Dalam setiap perkara yang terkait dengan fikiran atau pun hakikat kehidupan, karena jiwa manusia menyukai keindahan, dan syair adalah keindahan seluruhnya, bisa baginya untuk menambah kejelasan kepada hak dan kebenaran dan bisa juga untuk menutup kekurangan dan penyelewengan yang ada pada kebatilan sehingga menjadikannya baik dan indah. Tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan diri dari tawanan dan pengaruh syair melainkan hati yang dimakmurkan dengan iman secukupnya.
Fenomena ini mendorong aku untuk memasukkan puisi-puisi dalam pembahasan buku-buku ini.
_____________________________
Generasi Dahulu dan Setelahnya
Imam Ahmad menjadi pengikut kita dalam menggunakan syair yang melembutkan hati. Dia menghafal sebagian syair yang kemudiannya ditulis oleh Tsa’lab; seorang sastrawan yang masyhur. Murid-muridnya pernah mendengar dia bersyair dan pada hari mihnahnya para penyair telah memujinya. Bahkan dikatakan beliau telah mengucapkan beberapa bait syair karena tidak berpuas hati terhadap ‘Ali bin al Madini yang tidak sabar bersamanya ketika menghadapi penyiksaan.
Pernah pula salah seorang muridnya telah berkata: (Wahai Abu ‘Abdullah: Apakah pendapat kamu terhadap syair yang mengandung ungkapan surga dan neraka? Beliau berkata: Seumpama apakah syair itu? Muridnya menjawab: Mereka berkata: (membacakan syair) Maksudnya:
Ketika berkata Tuhan kepadaku Tidakkah malu maksiat terhadapku, # Menyembunyikan dosa dari makhlukku dengan penuh noda, mengadapku?
Lalu beliau berkata: Ulangi sekali lagi. Berkata muridnya: Lalu aku ulangi sekali lagi, lalu ia (Imam Ahmad) bangun dan memasuki rumahnya serta menutup pintu. Ketika itu aku mendengar suara tangisannya dari dalam dan beliau mengulangi syair tadi.
Dengan penjelasan tentang faedah dan keharusan menggunakan syair ini, aku memetik banyak puisi dari antologi penyair terdahulu, kemudian dari antologi Walid al A’zhami, Mahmud Ali Ja’far, al Amiriy, Abdul Wahhaab Azzaam dan lainnya.
Aku juga menambah lagi daripada syair Iqbaal, salah seorang penyair Islam yang agung sebagaimana yang terdapat di dalam antologinya yang bertema (Risalatul Masyriq), (Al Asraar war Rumuuz) dan (Dharbul Kaliim). Inilah kali pertama syairnya memasuki buku peringatan berbahasa Arab setelah diterjemahkan oleh Abdul Wahhaab Azzaam.
Iqbaal adalah seorang penyair yang benar aqidahnya, mendalam perhatiannya dan luas pemikirannya. Beliau telah ditsiqahkan oleh Abul Hasan ‘Ali an Nadawi yang telah membuat satu kajian mengenainya yang dinamakannya sebagai: (Rawaa’i Iqbaal). Beliau juga telah ditsiqahkan oleh al-Maududi di dalam satu makalah penting yang disiarkan oleh al Majallatul Ba’tsil Islaamiyyil Hindiyyah. Di dalamnya beliau menerangkan kelebihan Iqbal dalam memberi arahan kepada generasi yang telah ditawan oleh peradaban Barat dan menjauhkan mereka dari perasaan sempit begitu juga ketika beliau menegaskan bentuk yang hakiki bagi Daulah Islamiyah, sehinggakan al Maududi telah mensifatkan bahwa apa yang dilakukan olehnya adalah suatu yang besar dalam melakukan ishlah (pemulihan) yang memiliki nilai yang tinggi dan tidak bisa dilupakan oleh sejarah. Beliau juga mampu menyelamatkan generasi muslim yang telah diliputi oleh berbagai fitnah dan ragam teori.
Lebih dari itu, Iqbaal telah melakukan satu perkara yang amat penting di akhir hayatnya sesuai dengan neraca Islam, yaitu keterlibatan beliau dalam membongkar kebatilan Al-Qadianiyyah dan al-Ahmadiyyah serta memberi arahan untuk tidak mendekatinya. Anda akan mendapatinya bahwa beliau sangat mengingkari kesesatan wihdatul wujud, kesalahan dengan apa yang difahami oleh sebagian golongan tentang sikapnya.
_________________________________
Bersama Fitrah Keindahan
Majaaz, jinaas dan tasybiih adalah seperti syair. Seseorang yang mempunyai rangsangan sastra mendapati bahwa ucapan yang bersemangat akan lebih berkesan jika dihiasi dengan ilmu-ilmu balaghah (ilmu bahasa dan sastera Arab) seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu aku memetik sebagiannya dengan menjauhi dari yang sukar. (Majaaz, isti’arah, kinayah dan sebagainya dari uslub balaghah, tidak dapat dielakkan oleh jiwa yang seni, karena ia senantiasa mulian dan merupakan sesuatu yang agung, indah dan halus. Mungkin orang yang tidak berjiwa seni menganggap bahwa ini merupakan suatu yang berat dan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Hasilnya segala yang dilakukan untuk tujuan itu adalah merupakan pekerjaan sia-sia dan tidak berfaedah. Tetapi sifat kesenian yang ada pada jiwa penyair berpendapat bahwa ia menambahkan lagi pengertian yang memberikan kesan yang lebih merasuk kedalam jiwa dan perasaan. Oleh karena itu penambahan dalam bentuk
- Majaz ialah lafaz yang digunakan bukan untuk maknanya yang sebenarnya karena terdapat qarinah (penunjuk) yang menengah dari maknanya yang sebenarnya.
- Jinaas ialah persamaan dua perkataan dari segi lafaz tetapi berlainan dari segi makna.
- Tasybiih ialah keterangan yang menunjukkan bahwa dua perkara atau lebih, mempunyai kesamaan, baik dalam satu sifat saja atau pun lebih.
- Isti’aarah ialah tasybiih (perbandingan) yang dibuang salah satu rukunnya (baik musyabbah atau pun musyabbahu bihi).
- Kinaayah ialah lafaz yang disebut tetapi yang dikehendaki darinya adalah makna yang berkaitan dengannya, dan dalam waktu yang sama harus juga yang dikehendaki ialah maknanya dari asal perkataan, pengolahan lafaz dan pengulangan makna tidak lain dan tidak bukan hanya bertujuan untuk memberikan penambahan terhadap jiwa dan perasaan)
Semangat pemuda Islam di awal abad baru…
Seterusnya..
Pada abad yang lalu telah menyaksikan akan luka-luka yang membuat peritkan pada seluruh dunia Islam. Serangan musuh Islam telah sampai ke puncaknya. Tetapi walaupun demikian, cobaan untuk menanganinya semula telah dilakukan oleh mereka yang mempertahankannya. Walaupun kemenangan belum diperoleh, tapi sekumpulan pemuda Islam telah terdidik dan sadar untuk bangkit. Azam mereka telah mantap. Ini semua meyakinkan lagi kepada kita bahwa Islam pasti menang dalam kurun ini .. Insya Allah !
peresensi; Ardan
MUQADDIMAH
MARI KITA DUDUK SEBENTAR …KITA BERIMAN SEJENAK…
Para da’i setiap orang mukmin senantiasa menghadapi dua tarikan: Tarikan keimanan, niat, kesungguhan dan kesadarannya terhadap tanggungjawab. Dengan itu dia berada dalam amal saleh dan azam kebaikan. Yang kedua adalah tarikan syaitan dari sudut yang lain, menghiasi futurnya dan menghiasi cintanya kepada dunia. Hal ini menyebabkan dia berada dalam kelalaian, malas, panjang angan-angan dan berlengah-lengah dalam mempelajari apa yang tidak diketahuinya.
Di antara kedua-dua tarikan ini adalah suatu yang sudah ditentukan oleh Allah, tidak akan berhenti, dan terus berlaku sepanjang hayat masih dikandung badan setiap insan. Oleh karena itulah, orang-orang yang beriman hendaknya mewajibkan kepada diri mereka untuk menghadiri majelis-majelis tafakkur dan saling nasihat-menasihati di antara satu sama lain. Memeriksa diri jika dihinggapi penyakit takabbur atau menolak kebenaran. Memeriksa hati jika dihinggapi diselubungi penyelewengan. Memeriksa ilmu dan iman jika dihinggapi ketergelinciran yang membawa kepada bid’ah atau kecuaian yang membawa kepada meninggalkan perintah Allah dan petunjuk.
Mu’az bin Jabal telah menterjemahkan perasaan ini dengan satu perkataan yang telah menjadi bagian tanda-tandan orang-orang yang beriman. Beliau telah berkata ketika mengingatkan sahabatnya:
إجلس بنا نؤمن ساعة
(Marilah kita duduk untuk beriman sejenak).Perkataan ini telah diambil oleh Ibnu Rawaahah, lalu ia berkata kepada Abu ad-Darda ra sambil memegang tangannya:
تعال نؤمن ساعة إن القلوب أسرع تقلبا من القدر غليانا
(Marilah kita beriman sejenak. Sesungguhnya hati lebih cepat berbolak-balik daripada isi periuk yang sedang menggelegak.)Lalu kita mengambil perkataan ini dari mereka berdua. Nasihat-nasihat ini adalah tentang fiqh ad-da’wah. Kita menyeru para da’i untuk duduk sejenak dengan setiap nasihat untuk ia beriman dan mengkaji diri, ilmu dan kesungguhannya.
___________________________________
Sisa…. Dan Harapan
Bagian dari buku ini ditulis untuk para du’at; mereka yang menunaikan shalat dan merasa bangga dengan agama mereka; yang berakhlak dengan akhlak mukminin. Tidak ditujukan kepada yang lalai, lebih-lebih lagi yang menyeleweng dan menyimpang.
Ini adalah karena untuk menyelesaikan permasalahan dunia Islam saat ini, tidak perlu kepada berpindahnya bilangan yang besar dari mereka yang lalai dan menyeleweng untuk berpegang-teguh dengan Islam. Tetapi yang diperlukan ialah menyadarkan mereka yang sudah berpegang dengan Islam, membangkitkan kesungguhan mereka dan memperkenalkan kepada mereka jalan amal dan fiqh da’wah. Masih banyak dari kalangan orang-orang mukmin, jumlah mereka sudah mencukupi untuk menegakkan kebaikan yang kita cita-citakan, tetapi dengan syarat apabila mereka mengenali tajarrud (menyerahkan diri hanya untuk Islam), zuhud terhadap dunia, menjauhkan diri dari fitnah, sabar atas segala mihnah (ujian) dan memahami seni memimpin umat.
Oleh sebab itu, bagian buku ini tidak akan berbicara dengan orang yang masih mencampur-adukkan antara Islam dan lainnya. Tetapi ia hanya cukup untuk mengajak muslim, yang benar imannya, suci aqidahnya, merasa perih dan sedih dengan realita umat muslimin saat ini.
Buku ini akan mengajarkan kita jalan beramal yang berfaedah dan jalan keselamatan memandu kita kepada kewajiban untuk mementingkatkan tarbiyyah diri dalam memenuhi tuntutan perjalanan dakwah .
Buku ini juga ditujukan kepada para du’at yang sudah mengetahui jalan amal, akan tetapi, mereka masih memerlukan bantuan, peningkatan usaha dan proses melembutkan hati.
Oleh yang demikian, kami telah mengambil segala perhatian kebaikan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Yahya bin Mu’ada seorang zuhud ketika beliau berkata:
أحسن شئ كلام رقيق يستخرج من بحر عميق على لسان رجل رفيق
Sebaik-baik perkara ialah: Perkataan yang lembut, yang dikeluarkan dari lautan yang dalam, daripada lidah seorang yang lemah-lembut. (1 Taarikhul Baghdaad: 14/209)
Kamu akan mengetahui betapa kelembutan yang dimiliki oleh hati-hati orang-orang tersebut yang telah menghadiahkan kepada kamu buah hasil pengalaman dan natijah pengamatan mereka. Oleh sebab itu, nama mereka tetap dikenang dan mendapat perhatian umat setelahnya karena ia mempunyai hubungan dengan al-haq (kebenaran).
Suatu perkataan tidak akan kekal di sisi generasi kecuali jika ia berhubung dengan kebenaran dan kebaikan, karena ia senantiasa mendapat pertolongan daripada makhluk Allah mengikut undang-undang-Nya (sunnahNya) dan senantiasa diilhamkan kepada hamba-hamba-Nya.
Berapa banyak cahaya yang dipancarkan oleh raja yang zalim atau berhala yang masyhur mengeluarkan gema seketika, memancarkan cahaya sebentar, kemudian padam dan senyap, seperti bintang yang bertukar menjadi serbuk dan debu setelah terbakar. Ditambah lagi bahwa gemanya adalah bagian dari suara kebatilan, bukan kebenaran dan cahayanya berasal dari hiasan kebatilan bukan kebenaran.
Hanya akal yang faham, hati yang bersih dan orang yang yakin dengan kebenaran terhadap apa yang dibawanya saja yang bisa mengucapkan kebenaran yang kekal. Dia mengeluarkan kata-katanya yang menjadi contoh-contoh yang realitas dan keterangan yang kekal di dalam kehidupan. Tidak tertentu untuk satu waktu saja, bukan untuk perkara tertentu, bukan untuk orang tertentu, tidak juga pada kejadian tertentu, akan tetapi mencakup semua generasi dan masa, negara dan kawasan.
Kamu akan dapati kehebatan kata-kata berdasarkan kehebatan orang yang berkata, sebagaimana katanya, bahwa ia mau menjadikan kata-katanya itu sebagai jalan kehidupan manusia dan cahaya yang menerangi kegelapan hidup.
______________________________________
Syair Menjadikan Perkataan Menarik
Aku mendapati sebagian buku tarbiyyah harakah Islamiah memisahkan antara prosa dan puisi tanpa alasan yang kuat. Menjadikan para murabbi (pendidik) tidak dapat menggunakan beratus-ratus rangkap dan petikan puisi yang dapat melembutkan hati atau membangkitkan semangat atau puisi yang berkaitan dengan aqidah dan fikrah yang merupakan hasil karya para penyair yang tsiqah baik dari para ulama dahulu atau sekarang atau juga para penyair dakwah.
Seseorang berkemungkinan ketika mendengar suatu pemahaman, tetapi sedikitpun tidak menyentuh perasaannya, tetapi apabila digubah dalam bentuk puisi tertentu akan menggembirakan orang yang gundah gelana, menggerakkan orang yang lalai dan mendekatkan cita-cita yang dulunya terasa jauh.
Sebagian syair mempunyai hikmah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasullah (saw). (Rentak dalam percakapan seumpama melagukan suara: maksud daripadanya ialah untuk mewujudkan kegembiraan hati dan jiwa yang menyebabkan kegembiraan fikiran)
Oleh yang demikian kami lebih cenderung untuk menggunakan puisi dalam seri buku ini, bertujuan untuk menambah gambaran yang baik oleh seorang da’i terhadap pengertian-pengertian tertentu, supaya merasuk kedalam jiwanya.
Bukti yang paling jelas tentang pentingnya syair dalam menyebarkan aqidah dan mempertahankannya ialah peranan yang telah dimainkannya ketika membantu ahli-ahli bid’ah untuk menyebarkan bid’ah di kalangan masyarakat awam. Usaha-usaha ini dilakukan untuk menentang usaha-usaha Ibnu Taimiyah serta pengikut-pengikutnya ketika mereka berusaha membatalkan segala bid’ah dengan hujjah-hujjah sunnah yang mulia. Tidak dapat dinafikan bahwa hujjah logika yang dibawa oleh Ibnu Taimiyah telah memberikan kesannya, tetapi kekeringan logika tidak dapat mengatasi keabsahan dan keindahan syair (puisi) sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Islam Muhammad Iqbaal: Memang itulah yang berlaku. Pembawa-pembawa kesesatan yang telah menyebarkan bid’ah mereka dengan penerangan yang menarik dan keindahan syair (sastera), telah menarik hati manusia awam tanpa disadari dan inilah juga yang menyebabkan segala kata-kata Ibnu Taimiyah tidak mendapat tempat.
Begitu pula tidak ada dari kalangan para penyair yang memihak kepada Ibnu Taimiyah untuk membantunya. Puisi mempunyai kekuatan untuk membantu siapa saja yang menggunakannya baik untuk tujuan kebaikan atau kejahatan, untuk menolong kebenaran atau kebatilan. Dalam setiap perkara yang terkait dengan fikiran atau pun hakikat kehidupan, karena jiwa manusia menyukai keindahan, dan syair adalah keindahan seluruhnya, bisa baginya untuk menambah kejelasan kepada hak dan kebenaran dan bisa juga untuk menutup kekurangan dan penyelewengan yang ada pada kebatilan sehingga menjadikannya baik dan indah. Tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan diri dari tawanan dan pengaruh syair melainkan hati yang dimakmurkan dengan iman secukupnya.
Fenomena ini mendorong aku untuk memasukkan puisi-puisi dalam pembahasan buku-buku ini.
_____________________________
Generasi Dahulu dan Setelahnya
Imam Ahmad menjadi pengikut kita dalam menggunakan syair yang melembutkan hati. Dia menghafal sebagian syair yang kemudiannya ditulis oleh Tsa’lab; seorang sastrawan yang masyhur. Murid-muridnya pernah mendengar dia bersyair dan pada hari mihnahnya para penyair telah memujinya. Bahkan dikatakan beliau telah mengucapkan beberapa bait syair karena tidak berpuas hati terhadap ‘Ali bin al Madini yang tidak sabar bersamanya ketika menghadapi penyiksaan.
Pernah pula salah seorang muridnya telah berkata: (Wahai Abu ‘Abdullah: Apakah pendapat kamu terhadap syair yang mengandung ungkapan surga dan neraka? Beliau berkata: Seumpama apakah syair itu? Muridnya menjawab: Mereka berkata: (membacakan syair) Maksudnya:
إذا ما قال لى ربى أما استحييت تعصينى #وتخفى الذنب من خلقى وبالعصيان .. تأتينى
Ketika berkata Tuhan kepadaku Tidakkah malu maksiat terhadapku, # Menyembunyikan dosa dari makhlukku dengan penuh noda, mengadapku?
Lalu beliau berkata: Ulangi sekali lagi. Berkata muridnya: Lalu aku ulangi sekali lagi, lalu ia (Imam Ahmad) bangun dan memasuki rumahnya serta menutup pintu. Ketika itu aku mendengar suara tangisannya dari dalam dan beliau mengulangi syair tadi.
Dengan penjelasan tentang faedah dan keharusan menggunakan syair ini, aku memetik banyak puisi dari antologi penyair terdahulu, kemudian dari antologi Walid al A’zhami, Mahmud Ali Ja’far, al Amiriy, Abdul Wahhaab Azzaam dan lainnya.
Aku juga menambah lagi daripada syair Iqbaal, salah seorang penyair Islam yang agung sebagaimana yang terdapat di dalam antologinya yang bertema (Risalatul Masyriq), (Al Asraar war Rumuuz) dan (Dharbul Kaliim). Inilah kali pertama syairnya memasuki buku peringatan berbahasa Arab setelah diterjemahkan oleh Abdul Wahhaab Azzaam.
Iqbaal adalah seorang penyair yang benar aqidahnya, mendalam perhatiannya dan luas pemikirannya. Beliau telah ditsiqahkan oleh Abul Hasan ‘Ali an Nadawi yang telah membuat satu kajian mengenainya yang dinamakannya sebagai: (Rawaa’i Iqbaal). Beliau juga telah ditsiqahkan oleh al-Maududi di dalam satu makalah penting yang disiarkan oleh al Majallatul Ba’tsil Islaamiyyil Hindiyyah. Di dalamnya beliau menerangkan kelebihan Iqbal dalam memberi arahan kepada generasi yang telah ditawan oleh peradaban Barat dan menjauhkan mereka dari perasaan sempit begitu juga ketika beliau menegaskan bentuk yang hakiki bagi Daulah Islamiyah, sehinggakan al Maududi telah mensifatkan bahwa apa yang dilakukan olehnya adalah suatu yang besar dalam melakukan ishlah (pemulihan) yang memiliki nilai yang tinggi dan tidak bisa dilupakan oleh sejarah. Beliau juga mampu menyelamatkan generasi muslim yang telah diliputi oleh berbagai fitnah dan ragam teori.
Lebih dari itu, Iqbaal telah melakukan satu perkara yang amat penting di akhir hayatnya sesuai dengan neraca Islam, yaitu keterlibatan beliau dalam membongkar kebatilan Al-Qadianiyyah dan al-Ahmadiyyah serta memberi arahan untuk tidak mendekatinya. Anda akan mendapatinya bahwa beliau sangat mengingkari kesesatan wihdatul wujud, kesalahan dengan apa yang difahami oleh sebagian golongan tentang sikapnya.
_________________________________
Bersama Fitrah Keindahan
Majaaz, jinaas dan tasybiih adalah seperti syair. Seseorang yang mempunyai rangsangan sastra mendapati bahwa ucapan yang bersemangat akan lebih berkesan jika dihiasi dengan ilmu-ilmu balaghah (ilmu bahasa dan sastera Arab) seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu aku memetik sebagiannya dengan menjauhi dari yang sukar. (Majaaz, isti’arah, kinayah dan sebagainya dari uslub balaghah, tidak dapat dielakkan oleh jiwa yang seni, karena ia senantiasa mulian dan merupakan sesuatu yang agung, indah dan halus. Mungkin orang yang tidak berjiwa seni menganggap bahwa ini merupakan suatu yang berat dan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Hasilnya segala yang dilakukan untuk tujuan itu adalah merupakan pekerjaan sia-sia dan tidak berfaedah. Tetapi sifat kesenian yang ada pada jiwa penyair berpendapat bahwa ia menambahkan lagi pengertian yang memberikan kesan yang lebih merasuk kedalam jiwa dan perasaan. Oleh karena itu penambahan dalam bentuk
- Majaz ialah lafaz yang digunakan bukan untuk maknanya yang sebenarnya karena terdapat qarinah (penunjuk) yang menengah dari maknanya yang sebenarnya.
- Jinaas ialah persamaan dua perkataan dari segi lafaz tetapi berlainan dari segi makna.
- Tasybiih ialah keterangan yang menunjukkan bahwa dua perkara atau lebih, mempunyai kesamaan, baik dalam satu sifat saja atau pun lebih.
- Isti’aarah ialah tasybiih (perbandingan) yang dibuang salah satu rukunnya (baik musyabbah atau pun musyabbahu bihi).
- Kinaayah ialah lafaz yang disebut tetapi yang dikehendaki darinya adalah makna yang berkaitan dengannya, dan dalam waktu yang sama harus juga yang dikehendaki ialah maknanya dari asal perkataan, pengolahan lafaz dan pengulangan makna tidak lain dan tidak bukan hanya bertujuan untuk memberikan penambahan terhadap jiwa dan perasaan)
Semangat pemuda Islam di awal abad baru…
Seterusnya..
Pada abad yang lalu telah menyaksikan akan luka-luka yang membuat peritkan pada seluruh dunia Islam. Serangan musuh Islam telah sampai ke puncaknya. Tetapi walaupun demikian, cobaan untuk menanganinya semula telah dilakukan oleh mereka yang mempertahankannya. Walaupun kemenangan belum diperoleh, tapi sekumpulan pemuda Islam telah terdidik dan sadar untuk bangkit. Azam mereka telah mantap. Ini semua meyakinkan lagi kepada kita bahwa Islam pasti menang dalam kurun ini .. Insya Allah !
peresensi; Ardan
0 komentar