Ayah, Ajarilah Kami Mengenal Alloh
15.41
Setiap orang tua pasti mendambakan mempunyai anak yang baik,
berakhlak mulia, taat kepada orang tua dan beragama yang baik, untuk mendapatkan
itu semua orang tua rela menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan yang
baik dan mencarikan guru pelajaran tambahan baik agama maupun umum dengan biaya
yang tidak murah. Sebenarnya wajib bagi orang tua untuk mengetahui hal pokok dan
mendasar dalam mendidik anak di dalam Islam yaitu apa yang tertera dalam ayat pertama
kali turun pada nabi Muhammad -Shallallahu ‘AlaihiwaSallam-,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
(3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, danTuhanmulah yang Mahape murah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. ( QS. Al Alaq
: 1-5 )
Dalam ayat ini Allah menjelaskan kepada kita apa yang
harus didahulukan dalam mendidik anak, bahkan ini adalah dasar yang paling
utama tidak hanya bagi orang tua akan tetapi bagi seluruh lembaga pendidikan.
Mengenalkan anak pada Rabbnya dalam dunia pendidikan adalah
syarat utama untuk memunculkan anak-anak dan generasi yang baik sesuai dengan harapan
orang tua dan agama. Allah memerintahkan umat manusia untuk membaca (Iqra’)
yang tidak lain adalah perintah untuk menuntut ilmu, berpengetahuan dan berpendidikan,
akan tetapi tidak cukup dengan itu melainkan perintah ini diikat dengan kewajiban
mengenal Allah (Bismi Rabbika al-Ladzii Khalaq), sehingga ilmu dan pendidikan
yang diterima oleh anak tidak membuatnya sombong dan bertindak tidak baik. Dan lebih
jauh dari itu ilmu yang dikawal dengan keimanan akan membuat orang mengetahui siapa
dirinya, darimana dia berasal, untuk apa dan akan kemana dia hidup.
Dalam bukunya al-Hatstsu ‘Ala Hifdzi al-‘Ilmi (Anjuran untuk
Menghafalkan Ilmu) Ibnu Jauzi menjelaskan tahapan dalam mendidik anak sebelum masuk
di lembaga pendidikanya itu dalam usia anak satu sampai empat tahun orang tua harus
mengenalkan kepada anak siapa Rabbnya atau dengan istilah lain orang tua harus mengajarkan
nilai-nilai ketauhidan kepada anak. Adalah sahabat Jundub
bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu pernah menyatakan : “kami belajar iman
sebelum belajar al-Qur’an, kemudian belajar al-Qur’an sehingga bertambahlah iman
kami”. Inilah kurikulum nabi dalam mendidik para sahabat, sehingga memunculkan
orang-orang besar yang
tidak berbuat kemungkaran.
Sebagian orang berpendapat bahwa mengajarkan keimanan kepada
anak kecil itu sangat sulit dan bisa dikatakan mustahil, maka cukuplah bagi kita
penjelasan Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin sebagai jawabannya,
beliau menjelaskan bahwa mengenalkan nilai-nilai keimanan kepada anak bukanlah hal
yang mustahil karena keimanan itu adalah sebuah fitrah manusia. Dan kita juga sudah
mengetahui hadits nabi yang mejelaskan tentang kefitrahan seorang anak, “Setiap
anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani atau Majusi”. Imam Nawawi dan sebagian besar para Ulama’ Rahimahumullah
sepakat bahwa yang dimaksud dengan fitrah di hadits tersebut adalah
Islam.
Oleh karena itu wajib hukumnya bagi orang tua untuk mengenalkan
nilai-nilai keimanan pada anaknya sebelum masuk di lembaga pendidikan yang lain.
Dan ketika seorang anak sudah dikenalkan dengan nilai-nilai keimanan yang benar
kemudian berkembang pada ilmu-ilmu yang lain, maka percayalah bahwa Allah akan memberikan
sebuah kemuliaan pada anak tersebut yang berupa kebaikan di dunia dan akhirat,
kebaikan pada kedua orang tuanya dan kemashlahatan bagi agamanya dan masyarakatnya
( wa Rabbuka al-Akram ). Wallahu A’lam Bishowaab.
0 komentar