Ilmu Yang Bermanfaat
02.39
Tujuan ilmu yang hakiki ketika ilmu itu telah di dapat adalah bisa
menambah rasa takut kita kepada Allah -Subhanahu Wa Ta'ala-. Ilmu yang
diamalkan oleh pemiliknya, sehingga keadaannya berubah menjadi lebih
baik serta menambah keikhlasan kepada-Nya.
Bisa jadi kita gencar memberikan manfaat dan faedah ilmu lewat Facebook, Twitter, BBM, WA maupun SMS yang mana perbuatan seperti itu pada hakikatnya adalah baik. Namun, seringkali kali kita juga lupa bahwasanya tujuan ilmu itu bukan hanya untuk disampaikan saja. Lebih dari itu, tujuan ilmu adalah supaya menambah 3 hal tersebut diatas, yakni: Menambah Amal, Menambah rasa Khauf kepada Allah dan Menambah keikhlasan kepada-Nya.
Jika tidak demikian, maka akan sia-sia saja seseorang menuntut ilmu, karena dengan menuntut ilmu ataupun tidak, dengan bertambahnya ilmu ataupun tidak kondisinya sama saja. Bahkan sebaliknya, ketika kita gencar menyampaikan ilmu lewat berbagi media online maupun ofline namun ternyata yang like dan komentar sedikit menjadi sedihlah kita sambil bilang 'sakitnya tuh disini' (sambil tunjuk hidung). Nah, loh ketahuan banget klo niatmu dalam menyampaikan ilmu itu ternyata nda ikhlas.
Ilmu yang bermanfaat tidak mesti diikuti oleh banyak orang. Karenanya, ada seorang Nabi yang mengikutinya hanyalah sekelompok kecil, mungkin hanya satu atau dua saja sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
Bisa jadi kita gencar memberikan manfaat dan faedah ilmu lewat Facebook, Twitter, BBM, WA maupun SMS yang mana perbuatan seperti itu pada hakikatnya adalah baik. Namun, seringkali kali kita juga lupa bahwasanya tujuan ilmu itu bukan hanya untuk disampaikan saja. Lebih dari itu, tujuan ilmu adalah supaya menambah 3 hal tersebut diatas, yakni: Menambah Amal, Menambah rasa Khauf kepada Allah dan Menambah keikhlasan kepada-Nya.
Jika tidak demikian, maka akan sia-sia saja seseorang menuntut ilmu, karena dengan menuntut ilmu ataupun tidak, dengan bertambahnya ilmu ataupun tidak kondisinya sama saja. Bahkan sebaliknya, ketika kita gencar menyampaikan ilmu lewat berbagi media online maupun ofline namun ternyata yang like dan komentar sedikit menjadi sedihlah kita sambil bilang 'sakitnya tuh disini' (sambil tunjuk hidung). Nah, loh ketahuan banget klo niatmu dalam menyampaikan ilmu itu ternyata nda ikhlas.
Ilmu yang bermanfaat tidak mesti diikuti oleh banyak orang. Karenanya, ada seorang Nabi yang mengikutinya hanyalah sekelompok kecil, mungkin hanya satu atau dua saja sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ، فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ، وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ
Telah diperlihatkan kepadaku umat-umat, maka ada seorang Nabi dan yang
ikut bersamanya satu kelompok kecil, ada seorang Nabi dan yang ikut
bersamanya (hanya) satu, dan dua orang, dan ada juga seorang Nabi (tapi)
tidak ada bersamanya seorang pengiikutpun.
(HR. Bukhori: 5752, Muslim: 374)
Faktor keikhlasan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap penuntut ilmu, karena ia adalah salah satu penentu dari diterima atau tidaknya amalan kita. Tanpa adanya keikhlasan, maka sia-sialah apa yang telah kita usahakan. Apalagi jika seseorang menuntut ilmu agar bisa berdebat dengan orang-orang bodoh dan berbangga-bangg a
dihadapan Ulama' maka tempatnya di neraka. Sebagaimana dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Ka'ab bin Malik beliau berkata: Aku
mendengar Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- bersabda:
(HR. Bukhori: 5752, Muslim: 374)
Faktor keikhlasan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap penuntut ilmu, karena ia adalah salah satu penentu dari diterima atau tidaknya amalan kita. Tanpa adanya keikhlasan, maka sia-sialah apa yang telah kita usahakan. Apalagi jika seseorang menuntut ilmu agar bisa berdebat dengan orang-orang bodoh dan berbangga-bangg
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ
بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ
أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارُ
"Barangsiapa yang menuntut ilmu
bertujuan untuk mengalahkan para ulama atau untuk membantah orang-orang
bodoh, atau untuk memalingkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam neraka."
(HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.)
Begitu juga pada hari kiamat kelak, bahwasanya ada 3 golongan yang pertama kali diseret ke neraka, salah satunya adalah orang berilmu disebabkan ketidak ikhlasannya. Dan keadaan orang tersebut seperti yang disabdakan Nabi Muhammad -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- :
(HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.)
Begitu juga pada hari kiamat kelak, bahwasanya ada 3 golongan yang pertama kali diseret ke neraka, salah satunya adalah orang berilmu disebabkan ketidak ikhlasannya. Dan keadaan orang tersebut seperti yang disabdakan Nabi Muhammad -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- :
إن
الله تبارك و تعالى إذا كان يوم القيامة نزل إلى العباد ليقضي بينهم و كل
أمة جاثية فأول من يدعو به رجل جمع القرآن ورجل يقتل في سبيل الله ورجل
كثير مال فيقول للقارىء: ألم أعلمك ما أنزلت على رسولي ؟ قال: بلى يا رب,
قال: فماذا عملت فيما علمت؟, قال: كنت أقوم به أثناء الليل و آناء النهار,
فيقول الله له: كذبت, وتقول الملائكة: كذبت, ويقول الله: بل أردت أن يقال:
فلان قارىء فقد قيل.
“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah
subhanahu wa ta’ala akan turun kepada para hamba-Nya untuk mengadili
mereka, dan saat itu masing-masing dari mereka dalam keadaan berlutut.
Lantas yang pertama kali dipanggil oleh-Nya (tiga orang): Seorang yang
rajin membaca Al Quran, orang yang berperang di jalan Allah dan orang
yang hartanya banyak. Maka Allah pun berkata kepada si Qori’, ‘Bukankah
Aku telah mengajarkan padamu apa yang telah Aku turunkan kepada
Rasul-Ku?’ Si Qori’ menjawab, ‘Benar ya Allah.’ Allah kembali bertanya,
‘Lantas apa yang telah engkau amalkan dengan ilmu yang engkau miliki?’
Si Qori menjawab, ‘Aku (pergunakan ayat-ayat Al Quran) yang kupunyai
untuk dibaca dalam shalat di siang maupun malam hari,’ serta merta Allah
berkata, ‘Engkau telah berdusta!’ Para malaikat juga berkata, ‘Engkau
dusta!’ Lantas Allah berfirman, ‘Akan tetapi (engkau membaca Al Quran)
agar supaya engkau disebut-sebut qori’! Dan (pujian) itu telah engkau
dapatkan (di dunia).’
Wallahu a'lam.
Wallahu a'lam.
0 komentar